Sabtu, 13 November 2010

Perkembangan Intelegensi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      HAKIKAT PERKEMBANGAN INTELEGENSI MANUSIA
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. seperti yang dikatakan Van den den Daele (Hurlock : 2 ) bahwa perkembangan adalah perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktu dan fungsi yang kompleks. Perkembangan juga diartikan sebagai ”peruibahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”,
Perkembangan dapat diartikan ” suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baaik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan berkesinambungan.
Dan semua para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi da
lam bentuknya yang hakiki.
3
Hubungannya dengan intelektual anak bahwa inteligensi anak bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatui fiksi ilmiah untuk mendeskripsiskan prilaku induvidu yang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantaranya menurut C.P. Chaplin (1975) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
4
Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. (Djaali, 2006:63) memandang kecerdasan sebagai pemandu dan penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Ada banyak teori mengenai Intelegensi atau Kecerdasan dari beberapa ahli diantaranya :
- Seorang individu yang mempunyai intelligensi tinggi cenderung akan muncul kecerdasannya dalam berbagai lingkungan dimanapun individu itu berada, yang tentu menjadi harapan keluarga, masyarakat bangsa dan Negara untuk menjadi generasi penerus yang tampil lebih baik dalam lingkungan pembelajaran. Seperti yang dikatakan, Slavin (2006:163). Satu hal bahwa terdapat orang-orang ‘pandai’ yang dapat diharapkan tampil dengan baik dalam berbagai jenis situasi pembelajaran.
- Memandang kecerdasan sebagai pemandu dan penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Artinya bahwa seorang individu bisa menyelesaikan permasalah dengan cepat apabila memadukan dan menyatukan dari berbagai intelligensi-intelligensi, sehingga individu tersebut dapat menyelesaikan permasalahannya dengan secara efektif dan efisien
Kecerdasan atau inteligensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang di miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan hidupnya.
5
Semakin cerdas seseorang maka semakin besar peluang untuk lebih sukses di bandingksan orang yang tidak cerdas, karena Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang dihadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang perlu di adakan tes kecerdasan.

2.2.      MACAM-MACAM INTELEGENSI
Secara umum macam-macam intelligensi dibedakan menjadi 3 diantaranya:
1.      Inteligensi Analitis, yaitu : kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Santrock (2009:156) mengatakan bahwa “ para siswa yang mempunyai kemampuan analitis yang tinggi, cenderung disukai di sekolah-sekolah konvensional. Mereka cenderung mendapatkan nilai baik di kelas-kelas dimana guru mengajar dan memberikan ujian yang obyektif
Dari kutipan tersebut jelaslah bahwa peserta didik yang mempunyai kemampuan analitis tinggi tidak dipungkiri, sangat diharapkan oleh guru, dimana dalam hasil ujian selalu mendapatkan skor yang bagus dalam tes IQ serta nantinya berhak masuk ke perguruan tinggi yang kompetitif.
Sehingga peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi kreatif dan praktis setinggi apapun, jarang dihargai di lingkungan sekolah. Intelegensi analitis yang menjadi icon yang rata-rata lebih besar memberatkan peserta didik karena peserta didik yang mempunyai inteligensi analitis sangat sedikit sekali. Contoh misalkan di setiap sekolah ditingkatan apapun itu, yang mendapat juara pertama terlebih juara umum pasti 1 atau paling banyak 2 orang.
6
 
2.      Inteligensi Kreatif, yaitu : kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
Santrock (2009:156) mengatakan bahwa “ para siswa yang berintelegensi kreatif yang tinggi sering tidak berada di tingkat atas di kelas mereka. Para siswa yang berinteligensi kreatif, mungkin tidak memenuhi harapan para guru tentang bagaimana tugas-tugas harusnya dikerjakan. Mereka memberikan jawaban yang unik, yang membuat mereka mendapat teguran “.
Guru cenderung tidak menyukai dan tidak memberikan penghargaan untuk peserta didik yang mempunyai intelegensi kreatif tinggi yang tidak memberikan tugas sekolah dengan sesuai yang diperintahkan, maka hasil pembelajaran bagaimanapun akan tidak mengalami perubahan selama hanya konsep intelegensi analitis yang diprioritaskan.

3.      Inteligensi Praktis, yaitu : kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan berbagai peralatan dan media.
Selain intelegensi analitis tinggi dan intelegensi kreatif tinggi, peserta didik juga ada yang lebih cenderung pada intelegensi praktis seperti peserta didik yang berinteligensi praktis.
7
Santrock (2009:156) mengatakan bahwa “ siswa yang berinteligensi praktis sering tidak berhubungan baik dengan tuntutan sekolah. Namun siswa-siswa ini sering berprestasi baik di luar sekolah. Keterampilan sosial dan pengetahuan umum mereka memungkinkan mereka untuk menjadi manajer atau wirausaha yang berhasil, meskipun prestasi sekolah tidak istimewa”.

2.3.      CIRI-CIRI PERILAKU YANG BERINTELEGENSI
Menurut Effendi dan Praja (1993), beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut :
1.      Purpeseful Behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
2.      Organized Behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat-alat yang diperlukan dalam suatu pemecahan masalah berada dalam satu koordinasi. Tidak acak-acakan.
3.      Physical well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas atau lincah.
4.      Adabtable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5.      Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6.      Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7.      Rapid behavior, yaitu tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
8.      Broad behavior, yaitu tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.
Pengertian intelegensi, menurut Whithengriton, mempunyai ciri-ciri hakiki yakni sebagai berikut :
1)     
8
Cepat    : Makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan.
2)      Cekatan: Biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan: dengan mudah dan ringkas menjelaskan sesuatu.
3)      Tepat    : Sesuai dengan tuntutan keadaan: misalnya mengukur jalan yang panjang dengan besaran yang benar pula. Juga berarti mengukur dengan tepat, tidak lebih tidak kurang.
Sedangkan pendapat lain, menyatakan bahwa Ciri-ciri prilaku integensi itu adalah :
1.      Masalah yang dihadapi sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
2.      Perbuatan intelegensi sifatnya serasi tujuannya dan ekonomisnya. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikan, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga. Saudara kehilangan pulpen dilapangan. Bagaimana mencarinya?
3.      Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitannya bagi yang bersangkutan. Ada suatu masalah yang bagi setiap orang dewasa mudah untuk memecahkan/menjawabnya, hampir tiada berfikir, sedang bagi anak-anak harus dijawabnya dengan berfikir keras. Jika anak tersebut bisa menjawab, maka jawaban anak itu dapat dikatakan inteligen.
4.      Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5.      Dalam berbuat inteligen, sering sekali menggunakan daya abstraksi. Pada waktu berfikir, tanggapan-tanggapan dan ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan.
6.      Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.
7.      Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. 

9
2.4.                              FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI SESEORANG
Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:

1.      Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2.      Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.      Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4.      Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
5.     
10
Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

PENGERTIAN KOMITMEN GURU PROFESIONAL

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Kata komitmen berasal dari bahasa latin commitere, to connect, entrust-the state of being obligated or emotionally, impelled adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakan perilaku menuju arah yang diyakininya (I’tiqad ), (Tasmara, 2006 :26).
Park (dalam Ahmad dan Rajak, 2007) menjelaskan, komitmen guru merupakan kekuatan bathin yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsive (inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen guru professional adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap responsive dan inovatif terhadap pekembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Jadi didalam komitmen tersebut terdapat beberapa unsur antara lain adanya kemampuan memahami diri dan tugasnya, pancaran sikap bathin (kekuatan bathin) kekuatan dari luar dan tanggap terhadap perubahan. Unsur-unsur inilah yang melahirkan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi komitmen seseorang sehingga tugas tersebut dilakukan dengan penuh keikhlasan.
4
Tanggung jawab keguruan yang lahir dari komitmen guru profesional adalah tanggung jawab yang tidak hanya dialamatkan kepada manusia, akan tetapi juga dipertanggung jawabkan dihadapan Alloh SWT. Jadi pertanggung jawaban terhadap profesi dalam pandangan islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi juga bersifat vertical-moral, yakni taggung jawab terhadap Alloh SWT.
5
 
2.2. MACAM-MACAM KOMITMEN GURU PROFESIONAL
       Louis (dalam Ahmad dan Razak,2007) menjelaskan 4 jenis komitmen guru :
2.2.1        Komitmen Terhadap Sekolah Sebagai Satu Unit Sosial
Sekolah adalah lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Lembaga sosial formal tersebut merupakan suatu organisasi yaitu terikat terhadap tata aturan formal memiliki program dan target atau sasaran yang jelas serta struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi.
Pendidikan sekolah pada dasarnya adalah bagian dalam pendidikan keluarga, sekaligus lanjutan pendidikan dalam keluarga. Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat (Hasbullah,2006;46) sebagai lembaga formal sekolah terdiri dari pendidik dan anak didik yang sudah terjalin hubungan antar guru dan anak didik atau siswa-siswinya
Guru sebagai pendidik berkewajiban membawa anak didik ke arah kedewasaan dengan memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi anak didik. Cara ini akan menghilangkan jurang pemisah antara guru dan anak didik.
Dengan kata lain guru mempunyai komitmen terhadap sekolah, bertanggungjawab terhadap sekolah dan profesinya dalam arti dengan sukarela, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan berusaha mewujudkan tanggungjawab dan peranan sekolah dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Menurut Hasbullah (2006;47), sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah didalam melaksanakan fungsi pendidikan didasari oleh asas tanggungjawab sebagai berikut :
a.    Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentan yang berlaku
b.   
6
Tanggungjawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingat pendidikan yang dupercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa.
c.    Tanggungjawab fungsional yaitu tanggungjawab professional pengelola dan pelaksana pedidikan. Tanggungjawab ini merupakan pelimpahan tanggungjawab dan keercayaan orangtua atau masyarakat kepada sekolah atau guru.
Fungsi dan peran sekolah dalam pedidikan, sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki tingkahlaku anak didik. Sementara itu dalam mengembangakan kepribadian anak didik, peran sekolah melalui kurikulum menurut Hasbulloh (2006; 49-50) antara lain :
a)    Anak didik belajar bergaul sessama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan karyawan.
b)   Anak didik belajar menaati peraturan sekolah.
c)    Mempersiapkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

2.2.2        Komitmen Terhadap Kegiatan Akademik Sekolah
Guru yang mempuyai komitmen menyiapkan banyak waktu untuk melaksaakan tugas yang berkaitan dengan pembelajaran seperti, perancangan pengaaran, pengelolaan pengajara dan senantiasa berfikir tentang cara untuk meningkatkan keaktifan prestasi belajar siswa-siswi. Tugas guru terkait dengan komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah antara lain :
1)      Guru sebagai perancang pembelajaran
Komponen dalam system pembelajaran meliputi :
Ø  Membuat dan merumuskan pembelajaran
Ø  Menyaiapkan materi yang relevan dan dengan tujuan waktu, faslitas, perkembangan imu, kebutuhan dan kemmpuan siswa siswi.
Ø  Merancang metode yang seusia dengan situasi dan kondisi dsiswa-siswi.
Ø 
7
Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitato dalam pengajaran.
Ø  Media, dalam hal ini guru berperan sbagai mediator dengan memperhatikan relevansi (seperti juga materi) efektik dan efisiensi, kesesuaian dengan motode serta pertimbangan praktis.
2)      Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan umum pengelolaan elas adalah menydiakan dan menggunakan fasilitas dalam kegiatan belajar megajar, sedangka tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa siswi dalam menggunaan alat-alat belajar, menediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa-siswi bekerja dan belajar, setra membantu siswa-siswi memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu guru juga membimbing pengalaman sehari-hari anak didik kearah pengenalan tingkahlaku dan kepriadiannya sendiri.
3)      Guru sebagai pengarah pembelajaran
Guru hendaknya berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motovasi adalah :
Ø  Membangkitkan dorongan siswa-siswi untuk belajar
Ø  Menjelaskan secara kongkrit apa ang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
Ø  Memberikan gambaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pecapaian prestasi yang lebih baik.
Ø  Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4)      Guru sebagai pelaksana kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama dia mengikuti proses pendidikan. Keberhasilan dari suatu kurikulum tergantung pada factor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, artinya guru adalah orang ang bertanggunjawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yng ada dalam kuriulum resmi.
8
Jadi guru yang professional harus memiliki tanggungjawab dan komitmen untuk mengembangkan kurikulum dalam arti menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelejaran yang diberikan pada peserta didik. Dengan demikian apa yan terdapat dalam kurikulum dapat dijabarkan oleh guru menjadi materi yang menarik untuk disajikan kepada peserta didik selama proses pembelajarn berlangsung.
5)      Guru sebagai evaluator
Tujuan utama penialan adalah unytuk melihat tingkat keberhasilan efktifitas dan efisiensi dalam proses pebelajaran. Di sampng tiu penilaian juga bertujuan untuk mengetahui kedudukan peserta didik didalam kelas atau kelompknya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Infrmasi yang diperoleh dari evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik yang diperoleh lewat penialaian akan dijadikan titik tolak ntuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. (Uno, 2008; 2004)

2.2.3.      Komitmen Terhadap Siswa-Siswi Sebagai Individu Yang Unik
Berikut ini adlah pendapat Gardner (1995) mengenai perbedaan yang prinsip dari siswa-siswi yang harus diketahui oleh guru sebagai landasan membangun komitmen kesadaran bahwa pelajar adlah individu yang unik.
Ø  Perbedaan dalam latar belakang rumah
a.         Rumah yang kaya dan rumah yang miskin.
b.        Rumah tempat anak hidup berbahagia dan rumah tempat anak tidak  hidup berbahagia.
c.         Rumah tempat banyak yang dikerjakan dan dilihat, dan rumah tempat yang sedikit hal-hal yang menstimulasi anak.
d.        Bahasa yang berbeda-beda yang dipergunakan di rumah-rumah.
e.        
9
Pekerjaan yang dikerjakan para orang tua, para anggota keluarga atau para tetangga
f.         Lingkungan sekitar sekolah
Ø Perbeadaan dalam kesehatan dan nutrisi
a.         Tinggi dan berat anak; energy anak dan kesiagaan umum-sering dikaitkan dengan makanan yang mereka makan.
b.        Catatan tentang penyakit anak berapa sering anak tidak masuk sekolah.
c.         Kesehatan nasional anak, apak ank bahagia dan dapat bergaul dengan yang lain-lain/apak anak menunjukan tanda-tanda “bahaya” ketidak bahagian (kurang minat, terlalu diam dan terlalu agresif).
d.        Pengheliatan dan pendengaran anak.
Ø Perbedaan dalam kemampuan anak di sekolah
a.         Perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak, khususnya dalam mata-mata pelajaran dasar, seperti bahasa dan matematika.
b.        Perkembangan pemahaman anak, khususnya kemampuan mereka untuk memahami ide-ide abstrak.
c.         Perkembangan minat anak pada subject-subject estetis seperti seni dan music.
d.        Perkembangn anak pada mata-mata pelajaran yang menuntut kondisi fisik, seperti permainan, keterampilan dan kerajinan.
e.         Perkembangan tanggung jawab anak dan pengertiannya tentang cara berperilaku.
Ø  Perbedaan dalam minat
Anak-anak memiliki perbedaan minat baik didalam maupun diluar sekolah. Dengan mengetahui minat anak-anak, guru dapat belajar bagaimana menyajikan pelajaran, sehingga dapat ebih diminati dan bermakna bagi anak. Dengan cara ini anak-anak lebih cenderung mengarahkan perhatiannya dan upayanya pada pekerjaannya.


2.2.4.     
10
Komitmen Untuk Menciptakan Pengajaran Bermutu
Seorang guru senantiasa merespons perubaha-perubahan pengetahuan baru dan terkini terutama ide-ide baru tersebut dalam implementasi kurikulum dikelas, sehingga pembelajaran bermutu.
Mutu pembelajaran / mutu pendidikan akan dapat dicapai jika guru memenuhi kebutuhan siswa-siswi dan yang harus dipersiapkan oleh guru. Kemampuan guru menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan adalah uapaya posistif untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Keterampilan itu ditambah lagi dengan upaya maksimal guru dengan menerapkan 8 ketermpilan dasar mengajar. Keterampilan membuka dan menutup ppelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan, keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan mengajar kelompok kecil.

Pembelajaran Aktif Dan Menyenangkan
Mengajar adalah upaya yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana yang kondusif agar terjadi proses pembelajaran yang efektif. Menjadikan proses pembelajaran yang efekti artinya harus mampu melibatkan peserta didik, baik keterlibatan emosional, pikiran dan fisik. Keterlibatan emosinal menjadikan siswa-siswi merasakan pentingnya materi yang dipelajari, sehingga benar-benar menjadi sebuah kebutuhan. Melibatkan pikiran, siswa-siswi dapat digerakan dan dibangkitkan motivasinya agar melibatkan pikiran untuk mempelajari konsep maupun prinsip dalam ilmpu pengetahuan yang dipelajari, dan keterlibatan fisik adalh untuk mengasah keterampilan dan mengembangkan bakat.
Untuk memenuhi hal tersebut guru dituntut mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa-siswi sehingga dia mampu belajar. Dengan demikian keinginan untuk mencapai 3 ranah pembelajaran, yakni kognitif, afekti dan psikomotorik dapat dicapai.
11
Keterampilan Dasar Mengajar
Upaya dalam menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan pada dasrnya dapat dilakukan melalui penerapan keterampilan dasar mengajar tersebut dengan konsisten, apalagi jika guru mampu menciptakan improvisasi dan pengembangan setiap keterampilan dasar mengajar.

2.3.      CIRI-CIRI KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Glickman (dalam Burhanudin, dkk, 1995 : 124) menggambarkan ciri-ciri komitmen guru profesional, antara lain :
A.      Tingginya perhatian terhadap siswa-siswi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru terkait dengan perhatiannya kepada siswa dan siswinya, antara lain sebagai berikut :
1.      Memberikan bimbingan
Salah satu tugas guru adalah membimbing siswa-siswi. Membimbing berarti mengarahkan siswa-siswi yang mempunyai kemampuan kurang, sedang dan tinggi.
Disini arti bimbingan yang sebenarnya bagi guru. Guru harus memahami masing-masing siswa-siswinya dari kondisi fisik dan psikisnya agar mampu melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dalam proses bimbingan, guru menyatu dalam jiwa siswa-siswinya tidak boleh egois atau memaksakan kehendak dengan tujuan agar pengajaran cepat sesuai dengan target waktu. Akan tetapi guru dituntut untuk mengahrgai kemampuan siswa siswinya dengan tidak melupakan batasan waktu.
2.      Mengadakan komunikasi yang intensif teutama dalam memperoleh infomasi tentang anak didik
Komunikasi dalam segala hal sangat dibutuhkan, apalagi berkaitan dengan aktifitas sebagi guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang peduli terhadap keadaan siswa-siswinya. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada peserta didik hendaknya dijadikan landasan dalam memberikan pengajaran. Oleh karenanya, guru harus selalu menjalin komunikasi intensif dengan orang tua dan masyarakat terkait dengan keadaan keluarga, lingkungan dan pergaulan peserta didiknya. Disinilah peran guru sebagi pengganti orang tua didalam menyiapkan siswa-siswinya menjadi anggota masyarakat.
B.      
12
Banyaknya waktu dan tenaga yang dikeluarkan
       Tugas guru merupakan tugas yang kompleks mulai dari mendidik, mengajar, melatih, membimbing dan sebagainya. Oleh karenanya guru harus memiliki banyak waktu dan tenaga untuk menunaikan kewajibannya yaitu sebagai berikut :
1.      Guru tidak hanya pendidik didalam kelas, tetapi juga disela-sela waktu di luar jam mengajar.
2.      Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
C.      Bekerja sebanyak-banyaknya untuk orang lain
       Pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan dibidang jasa. Terkait dengan tugas tersebut, para guru dibebankan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
1.      Guru memiliki tugas profesional
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan meskipun kenyataannya masih banyak dilakukan orang diluar kependidikan.
2.      Guru memiliki tugas kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mapu menarik simpati sehingga ia menjai idola para siswa-siswinya.
3.      Guru memiliki tugas kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.

2.4.      
13
CONTOH KOMITMEN GURU PROFESIONAL
Guru yang memiliki komitmen terhadap tugas setidaknya dari dalam dirinya terpancar beberapa sikap :
1.      Tugas sebagai guru merupakan pancaran sikap bathin
Melaksanakan tugas sebagai guru hendaknya merupakan panggilan jiwa yang lahir dari ketulusan hati untuk menjalankan tugas tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa paksa dan dipaksakan.
2.      Siap sedia dimanapun
Dengan modal kompetensi sosial yang dimiliki oleh para guru, tempat tugas dimana pun tidaklah menjadi penghalang untuk menunaikan kewajibannya sebagai pendidik. Dengan kompetensi tersebut seorang guru mampu beradaptasi dimanapun dan dengan siapapun.
3.      Tanggap terhadap perubahan
Guru yang profesional adalah yang terus menerus membudayakan diri dengan memiliki cukup waktu luang untuk mempertajam daya intelektualnya. Dengan demikian segala bentuk perubahan yang terjadi ditengah masyarakat terutama yang berkaitan dengan pengetahuan harus mendapat perhatian.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com