Sabtu, 13 November 2010

Perkembangan Intelegensi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      HAKIKAT PERKEMBANGAN INTELEGENSI MANUSIA
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. seperti yang dikatakan Van den den Daele (Hurlock : 2 ) bahwa perkembangan adalah perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktu dan fungsi yang kompleks. Perkembangan juga diartikan sebagai ”peruibahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”,
Perkembangan dapat diartikan ” suatu proses perubahan pada diri individu atau organisme, baaik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis progresif, dan berkesinambungan.
Dan semua para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi da
lam bentuknya yang hakiki.
3
Hubungannya dengan intelektual anak bahwa inteligensi anak bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatui fiksi ilmiah untuk mendeskripsiskan prilaku induvidu yang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Dalam mengartikan inteligensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Diantaranya menurut C.P. Chaplin (1975) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
4
Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. (Djaali, 2006:63) memandang kecerdasan sebagai pemandu dan penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Ada banyak teori mengenai Intelegensi atau Kecerdasan dari beberapa ahli diantaranya :
- Seorang individu yang mempunyai intelligensi tinggi cenderung akan muncul kecerdasannya dalam berbagai lingkungan dimanapun individu itu berada, yang tentu menjadi harapan keluarga, masyarakat bangsa dan Negara untuk menjadi generasi penerus yang tampil lebih baik dalam lingkungan pembelajaran. Seperti yang dikatakan, Slavin (2006:163). Satu hal bahwa terdapat orang-orang ‘pandai’ yang dapat diharapkan tampil dengan baik dalam berbagai jenis situasi pembelajaran.
- Memandang kecerdasan sebagai pemandu dan penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Artinya bahwa seorang individu bisa menyelesaikan permasalah dengan cepat apabila memadukan dan menyatukan dari berbagai intelligensi-intelligensi, sehingga individu tersebut dapat menyelesaikan permasalahannya dengan secara efektif dan efisien
Kecerdasan atau inteligensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang di miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan hidupnya.
5
Semakin cerdas seseorang maka semakin besar peluang untuk lebih sukses di bandingksan orang yang tidak cerdas, karena Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang dihadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah.untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang perlu di adakan tes kecerdasan.

2.2.      MACAM-MACAM INTELEGENSI
Secara umum macam-macam intelligensi dibedakan menjadi 3 diantaranya:
1.      Inteligensi Analitis, yaitu : kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata.
Santrock (2009:156) mengatakan bahwa “ para siswa yang mempunyai kemampuan analitis yang tinggi, cenderung disukai di sekolah-sekolah konvensional. Mereka cenderung mendapatkan nilai baik di kelas-kelas dimana guru mengajar dan memberikan ujian yang obyektif
Dari kutipan tersebut jelaslah bahwa peserta didik yang mempunyai kemampuan analitis tinggi tidak dipungkiri, sangat diharapkan oleh guru, dimana dalam hasil ujian selalu mendapatkan skor yang bagus dalam tes IQ serta nantinya berhak masuk ke perguruan tinggi yang kompetitif.
Sehingga peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi kreatif dan praktis setinggi apapun, jarang dihargai di lingkungan sekolah. Intelegensi analitis yang menjadi icon yang rata-rata lebih besar memberatkan peserta didik karena peserta didik yang mempunyai inteligensi analitis sangat sedikit sekali. Contoh misalkan di setiap sekolah ditingkatan apapun itu, yang mendapat juara pertama terlebih juara umum pasti 1 atau paling banyak 2 orang.
6
 
2.      Inteligensi Kreatif, yaitu : kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
Santrock (2009:156) mengatakan bahwa “ para siswa yang berintelegensi kreatif yang tinggi sering tidak berada di tingkat atas di kelas mereka. Para siswa yang berinteligensi kreatif, mungkin tidak memenuhi harapan para guru tentang bagaimana tugas-tugas harusnya dikerjakan. Mereka memberikan jawaban yang unik, yang membuat mereka mendapat teguran “.
Guru cenderung tidak menyukai dan tidak memberikan penghargaan untuk peserta didik yang mempunyai intelegensi kreatif tinggi yang tidak memberikan tugas sekolah dengan sesuai yang diperintahkan, maka hasil pembelajaran bagaimanapun akan tidak mengalami perubahan selama hanya konsep intelegensi analitis yang diprioritaskan.

3.      Inteligensi Praktis, yaitu : kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan, mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami karena dibantu dengan berbagai peralatan dan media.
Selain intelegensi analitis tinggi dan intelegensi kreatif tinggi, peserta didik juga ada yang lebih cenderung pada intelegensi praktis seperti peserta didik yang berinteligensi praktis.
7
Santrock (2009:156) mengatakan bahwa “ siswa yang berinteligensi praktis sering tidak berhubungan baik dengan tuntutan sekolah. Namun siswa-siswa ini sering berprestasi baik di luar sekolah. Keterampilan sosial dan pengetahuan umum mereka memungkinkan mereka untuk menjadi manajer atau wirausaha yang berhasil, meskipun prestasi sekolah tidak istimewa”.

2.3.      CIRI-CIRI PERILAKU YANG BERINTELEGENSI
Menurut Effendi dan Praja (1993), beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut :
1.      Purpeseful Behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
2.      Organized Behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan alat-alat yang diperlukan dalam suatu pemecahan masalah berada dalam satu koordinasi. Tidak acak-acakan.
3.      Physical well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas atau lincah.
4.      Adabtable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5.      Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6.      Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7.      Rapid behavior, yaitu tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
8.      Broad behavior, yaitu tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.
Pengertian intelegensi, menurut Whithengriton, mempunyai ciri-ciri hakiki yakni sebagai berikut :
1)     
8
Cepat    : Makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang menyelesaikan.
2)      Cekatan: Biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan: dengan mudah dan ringkas menjelaskan sesuatu.
3)      Tepat    : Sesuai dengan tuntutan keadaan: misalnya mengukur jalan yang panjang dengan besaran yang benar pula. Juga berarti mengukur dengan tepat, tidak lebih tidak kurang.
Sedangkan pendapat lain, menyatakan bahwa Ciri-ciri prilaku integensi itu adalah :
1.      Masalah yang dihadapi sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan.
2.      Perbuatan intelegensi sifatnya serasi tujuannya dan ekonomisnya. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikan, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga. Saudara kehilangan pulpen dilapangan. Bagaimana mencarinya?
3.      Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitannya bagi yang bersangkutan. Ada suatu masalah yang bagi setiap orang dewasa mudah untuk memecahkan/menjawabnya, hampir tiada berfikir, sedang bagi anak-anak harus dijawabnya dengan berfikir keras. Jika anak tersebut bisa menjawab, maka jawaban anak itu dapat dikatakan inteligen.
4.      Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat.
5.      Dalam berbuat inteligen, sering sekali menggunakan daya abstraksi. Pada waktu berfikir, tanggapan-tanggapan dan ingatan yang tidak perlu harus disingkirkan.
6.      Perbuatan inteligen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.
7.      Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. 

9
2.4.                              FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI SESEORANG
Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:

1.      Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2.      Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.      Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4.      Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
5.     
10
Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com